Sejauh Ku Dapat Mengingat



(Note: This post is originally written ini English and you may find it here)

Bulan ini kami seharusnya merayakan ulang tahun pernikahan yang ke sembilan belas. Kami menikah di suatu hari musim panas yang sejuk di tahun 1999. Saya berumur dua puluh dan dia hampir dua puluh enam tahun. Kami merayakan ulang tahun pernikahan yang kedua sambil bersiap menantikan kelahiran putri pertama kami. Berita tentang kehamilan anak kedua datang sesaat sebelum kami merayakan ulang tahun pernikahan yang keempat. Anak terakhir kami lahir tidak lama setelah kami merayakan ulang tahun pernikahan ke sembilan. Dan dia berpulang sebelum ulang tahun pernikahan kami yang kedua belas.

Tujuh tahun berlalu dan tidak ada hari yang saya tidak rindu dengannya. Saya rindu menjadi istrinya. Saya rindu memiliki rekan hidup dan sahabat. Saya rindu melihat anak-anak saya bertumbuh dengan seorang papa. Saya rindu memiliki keluarga idaman saya.

Bagi teman-teman yang sudah mengikuti perjalanan hidup saya, anda sudah menyaksikan bagaimana Tuhan membawa anak-anak dan saya melewati lembah kedukaan, membuat hati kami yang hancur menjadi satu kembali dan membuat kaki kami kokoh berdiri diatas kasihNya yang tak tergoyahkan. Saya bersyukur dengan keberadaan saya saat ini, anak-anak bertumbuh dengan baik walau tak sempurna. Namun ada hari-hari dimana saya membayangkan bagaimana kehidupan kami seandainya dia masih ada, bagaimana pernikahan saya seandainya saya masih menikah dengannya.



Banyak hal yang saya syukuri dan ada beberapa hal yang akan saya lakukan dengan berbeda. Jadi jika saya bisa membuat mesin waktu, inilah tiga hal yang akan saya lakukan dengan berbeda:

1. Saya tidak akan memperkarakan hal-hal yang sepele.
Di hari yang penuh kesibukan atau yang lebih santai, membereskan barang-barang yang ditinggalkan oleh seseorang adalah hal yang menjengkelkan. Jadi waktu saya menemukan kaos kaki kotor dan kaos yang basah berkeringat bertebaran di lantai pada hari yang sangat panas dimana anak-anak sedang rewel, rumah dalam keadaan berantakan dan makan malam belum siap, tiba-tiba kaos kaki dan kaos basah tersebut bisa membuat “diskusi” kami menjadi lebih panas dari udara di luar sana. Ah, seandainya saya bereskan saja, masukkan ke keranjang baju kotor dan menghabiskan hari itu tertawa pada guyonan kami.

2. Saya akan menghargai ketidaksempurnaan lebih lagi. 
Saya dulunya adalah seorang yang perfeksionis dan karena saya seorang ibu rumah tangga, saya selalu berusaha keras supaya anak-anak dalam kondisi bagus, karpet selalu tervacum, pakaian kotor tidak menumpuk, tidak ada piring kotor yang menunggu untuk di cuci, dan rumah selalu dalam keaddan rapi sebelum kami menutup hari. Sehingga saya bisa duduk dengan damai dan menikmati sisa hari tersebut. Namun semuanya berubah dalam masa kedukaan saya. Saya mengenal seorang penulis bernama Brene Brown dengan bukunya “The Gifts of Imperfection”. Buku tersebut mengubah kehidupan saya. Sekarang saya dapat tetap menikmati hari saya walaupun ruang keluarga, meja belajar, kamar tidur dalam keadaan berantakan. Saya memilih untuk BERADA (TO BE) bersama dengan anak-anak. Saya dimampukan untuk melihat diluar ketidaksempurnaan dan menghargai hal-hal yang lebih penting, waktu-waktu berkualitas, pembicaraan hangat dan cerita-cerita lucu.

3. Saya akan lebih cepat mengampuni dan selalu bersyukur setiap saat.
Terkadang tantangan dalam pernikahan adalah mengingat bahwa suami dan istri adalah manusia yang tidak sempurna yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan, khususnya bagi mereka yang sudah menikah cukup lama. Banyak kali kami mempunyai ekspektasi yang tidak masuk akal kepada satu dengan yang lain (seperti contohnya untuk dia bisa membaca pikiran saya), kami menjadi kecewa dan lupa untuk segera memaafkan diri sendiri dan satu sama lain. Kami banyak mengeluh dan lupa bahwa memiliki satu dengan yang lain adalah berkat dari Tuhan. Kami lupa untuk mengucap syukur akan segala keindahan yang Tuhan sudah lakukan dalam kehidupan pernikahan kami.



Friends, saya tidak hidup dengan penyesalan. Saya tahu tidak ada cara untuk saya mengembalikan waktu, saya sangat bersyukur dan content dengan setiap musim kehidupan yang Tuhan berikan. Ijinkan saya berbagi tiga hal yang saya syukuri selama dua belas tahun perjalanan pernikahan kami:

1. Kami adalah tim yang luar biasa dalam membesarkan ketiga anak kami.
Dia adalah seorang pria yang mengasihi keluarga. Dia sangat mengasihi kami semua sehingga rela untuk menginvestasikan waktu dan energi untuk anak-anak kami. Walaupun saya seorang ibu rumah tangga penuh waktu, tapi saat dia punya waktu luang, dia akan menjemput anak-anak, membelikan barang belanjaan, mengganti popok, dan memandikan anak-anak. Tiga tahun sebelum dia berpulang, kami diberikan kesempatan untuk memindahkan usaha kami ke rumah. Karena dia bekerja dari rumah, dia BANYAK menghabiskan waktu bersama anak-anak. Waktu itu anak ketiga kami baru lahir dan dia diberikan kesempatan tiga tahun penuh untuk bertumbuh bersama papanya. Untuk hal ini, saya sangat bersyukur.

2. Kami berkesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama. 
Kami bertemu pertama kali di gereja, bertumbuh mencintai satu dengan yang lain di gereja dan akhirnya berkomitmen untuk mengasihi gereja dan orang-orang didalamnya. Saya masih ingat bagaimana di hari Minggu pagi kami bawa kedua anak kami yang masih batita ke gereja untuk berlatih musik. Hatinya selalu untuk mengasihi orang lain. Belas kasihan dan kepedulian adalah dua hal yang selalu membuatnya bersemangat melayani komunitas dimana Tuhan menempatkan kami. Saya percaya hal ini akan menjadi warisan iman yang akan terus dibawa oleh ketiga anak kami seumur hidup mereka.

3. Kami membuat banyak kenangan bersama. 
Menyetir keluar kota adalah kesukaan kami. Sekarang saya suka berbagi cerita-cerita konyol dari perjalan-perjalanan itu kepada anak-anak. Walaupun saat itu mereka masih kecil, namun mereka ingat dan selalu dapat melengkapi cerita-cerita dari kenangan kami bersama. Terkadang kami akan melihat kembali foto dan video lama dan akan tertawa menonton kekonyolan kami bersama. Saya sangat bersyukur kami BANYAK menghabiskan waktu bersama (dan mengambil banyak foto dan video). 



Friends, dua belas tahun pernikahan kami jauh dari sempurna. Kami banyak melakukan kesalahan. Kami sering mengecewakan satu dengan yang lain. Alasan saya berbagi posting yang tidak mudah ditulis ini karena saya mau anda semua tahu bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna, jadi berhentilah mengejarnya atau membuatnya, tetapi berikan diri sepenuhnya untuk terus mengejar (pursue) satu dengan yang lain dan mengejar hal-hal yang akan abadi. Hal-hal yang akan menginspirasi generasi yang akan datang, hal-hal yang akan diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Friends, jika anda sedang menghadapi tantangan dalam pernikahan anda, saya sarankan untuk anda terus berdoa, mencari Tuhan, dan mencari nasihat yang berpusatkan pada Kristus. Desain Tuhan bagi pernikahanmu adalah untukmu selalu setia kepada janjimu dan membesarkan generasi yang perkasa bagi kemuliaan nama Tuhan.

Terimakasih sudah memberikan kesempatan bagi saya untuk memberikan sedikit nasehat pernikahan. Posting ini tertulis berdasarkan kenangan sejauh ku dapat mengingat.




Ingatlah selalu bahwa Tuhan mengasihimu dan pasanganmu.




Bagi KemulianNya,
Felecia


Comments

Popular Posts